Hadirin Jamaah Sholat Jumat Rohimakumulloh
Mensyukuri nikmat kemerdekaan adalah
memastikan pada diri kita bahwa kita adalah pemilik Republik Indonesia. Bahwa
nilai-nilai perjuangan yang telah diperlihatkan oleh generasi sebelum kita
untuk mendapatkan kemerdekaan dari tangan penjajah adalah bukti bahwa marwah
kemerdekaan itu adalah harga diri bangsa Indonesia yang besar ini. Kita bisa
saksikan sekarang kemerdekaan sebuah negara yang berpopulasi 263 juta jiwa
dimana lebih dari 230 juta adalah beragama Islam sekaligus merupakan negara
berpenduduk muslim terbesar didunia.
Tetapi apa makna kemerdekaan itu bagi
rakyat Indonesia merupakan tugas para generasi setelahnya, ya kita-kita ini
untuk menjawabnya karena dalam pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa kemerdekaan
adalah pintu gerbang menuju cita-cita kebangsaan dan keindonesiaan yang
sejati. Sebagai ummat mayoritas di
negeri bhinneka ini kita ummat Islam dapat mengambil makna kemerdekaan tersebut
dari Al Quran. Dalam kitab suci kita ditunjukkan berbagai kisah kemerdekaan
orang-orang terdahulu yang dapat mengilhami kita bagaimana seharusnya menjadi
bangsa yang merdeka di era globalisasi.
Pertama, makna kemerdekaan dapat
diambil dari kisah Nabi Ibrahim AS ketika ia membebaskan dirinya dari orientasi
asasi yang keliru dalam kehidupan manusia. Dalam Surat Al-An’am ayat 76-79
dikisahkan perjalanan spiritual Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan.
Pencarian spiritual tersebut merupakan
upaya Ibrahim dalam membebaskan hidupnya dari orientasi hidup yang diyakininya
keliru, namun hidup subur dalam masyarakatnya yang menyembah berhala. Bagi
Ibrahim, penyembahan terhadap berhala merupakan kesalahan besar. Sebab manusia
telah melakukan penghambaan yang justru menjatuhkan harkat dan martabat dirinya
sebagai manusia.
Kedua, makna kemerdekaan juga dapat
dipetik dari kisah Nabi Musa AS ketika membebaskan kaumnya dari penindasan
Firaun yang zalim. Kekejaman rezim Firaun terhadap kaum Yahudi dikisahkan dalam
berbagai ayat Alquran. Rezim Firaun saat itu merupakan representasi komunitas
yang menyombongkan diri, tamak, kejam dan sok berkuasa di muka bumi
(mustakbirun fi al-ardh).
Keangkuhan rezim penguasa ini membuat mereka
tak segan membunuh dan memperbudak kaum laki-laki Yahudi dan menistakan kaum
perempuannya. Keangkuhan inilah yang mendorong Musa tergerak memimpin kaumnya
untuk membebaskan diri dari penindasan, dan akhirnya meraih kemerdekaan dari
penindasan Firaun. (QS Al-A’raaf:127, QS Al-Baqarah:49, dan QS Ibrahim:6).
Ketiga, kisah sukses Nabi Muhammad SAW
dalam mengemban misi profetiknya di muka bumi (QS Al-Maa’idah:3) menjadi sumber
ilham yang tak pernah habis bagi bangsa Indonesia untuk memaknai kemerdekaan
secara lebih holistik dan integral. Ketika diutus 15 abad silam, Nabi Muhammad SAW
menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami tiga penjajahan sekaligus:
disorientasi hidup,penindasan ekonomi, kezaliman sosial.
Disorientasi hidup diekspresikan dalam
penyembahan patung oleh masyarakat Arab Quraisy. Rasulullah berjuang keras
mengajarkan kepada umat manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dan
meninggalkan ‘’tuhan-tuhan’’ yang menurunkan harkat dan derajat manusia (QS
Luqman:13; Yusuf:108; Adz-Dzaariyaat:56; Al-Jumu’ah:2).
Penindasan ekonomi dilukiskan Alquran sebagai sesuatu yang
membuat kekayaan hanya berputar pada kelompok-kelompok tertentu saja (QS
Al-Hasyr:7). Rasulullah mengkritik orang-orang yang mengumpulkan dan
menghitung-hitung harta tanpa memedulikan kesejahteraan sosial dan keadilan
ekonomi (QS Al-Humazah:1-4; Al-Maa’uun:2-3).
Rasulullah mengkampanyekan pembebasan budak,
kesetaraan laki-laki dan perempuan, dan kesederajatan bangsa-bangsa. Dalam
khutbah terakhirnya di Arafah, saat haji wada, beliau menegaskan bahwa tak ada
perbedaan antara hitam dan putih, antara Arab dan non-Arab.
Semuanya sama di mata Allah. Tidak ada celah
yang membedakan manusia satu dengan manusia lainnya, kecuali tingkat ketakwaan
mereka kepada Tuhan-Nya (QS Al-Hujuraat:13).
Jamaah yang dirahmati Allah,
Organisasi-organisasi keagamaan yang
lahir sebelum kemerdekaan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Al
Irsyad memberikan kontribusi yang luar biasa dalam perjuangan mendapatkan
kemerdekaan republik tercinta. Termasuk dalam revolusi mempertahankan
kemerdekaan 1945-1949. Resolusi jihad yang dilahirkan 22 Oktober 1945 ketika
para ulama se jawa dan madura berkumpul di Surabaya mencetuskan jihad
memperjuangkan kemerdekaan sehingga meletuslah peristiwa heroik terbesar dalam
sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, 10 Nopember 1945.
Sementara ormas keagamaan yang lahir
pasca reformasi 1998 kemudian memperjuangkan daulah khilafah tentu akan
mengkhianati perjuangan kemerdekaan Indonesia yang sudah disepakati oleh
pejuang kemerdekaan dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Kita harus berfikir jernih bahwa rumah besar
yang bernama Indonesia adalah rumah bagi semua kebhinnekaan, suku, agama, adat
istiadat dan kebudayaan.
NKRI, Pancasila, UUD45 dan
Kebhinnekaan adalah adonan kebangsaan yang telah dibangun dan disepakati
sebagai bentuk final dari sebuah republik bernama Indonesia. Maka menjadi tugas
kita bersama adalah membaguskan rumah besar Indonesia dengan peran dan tanggung
jawab masing-masing, bukan malah meributkan konstruksi bangunan yang sudah
terbentuk 72 tahun lalu dan hendak menggantinya dengan format lain.
Tugas terberat dari sebuah bangsa
merdeka sesungguhnya adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan dirinya
sebagai bangsa merdeka, serta bebas dari hegemoni internal dan eksternal yang
menindas. Merdeka dari hegemoni penindasan internal berarti bebas dari
penguasa-penguasa bangsa sendiri yang bertindak dan bertingkah laku laksana
penjajah asing. Kita memerlukan pemerintahan yang sayang dan cinta kepada
rakyatnya sendiri. Tidak hanya cinta sebatas bibir, namun juga mencintai dan
mengayomi dalam bentuk dan tindakan nyata.
Merdeka dari hegemoni eksternal artinya bebas
dari pengaruh dan tekanan asing (terutama di bidang politik, ekonomi, dan
budaya). Bangsa yang merdeka, namun di bawah tekanan politik negara lain,
sesungguhnya bukan bangsa yang merdeka. Bangsa yang merdeka, tapi menyerahkan
pengelolaan sumber daya alamnya kepada pihak asing tanpa share yang adil, bukan
pula bangsa yang merdeka.
Bangsa yang merdeka, namun sangat inferior
terhadap identitas budaya bangsa lain, bukan pula bangsa yang merdeka.
Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia haruslah kemerdekaan yang holistik dan
integral dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apa makna kemerdekaan bagi kita? Sebagai
bagian terbesar dari bangsa Indonesia, umat Islam dapat mengambil makna
kemerdekaan tersebut dari Alquran. Alangkah indahnya jika bangsa
Indonesia mampu memaknai kemerdekaannya seperti yang diilhamkan Alquran. Rakyat
merasakan kemerdekaan ekonominya dan meraih kesejahteraan bersama. Tidak ada
lagi penghisapan ekonomi, baik oleh oknum pribumi maupun pihak asing.
Seluruh warganegara Indonesia sama
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan. Tidak ada lagi tawar menawar
hukum dan perlakuan istimewa bagi kaum berduit dalam proses peradilan. Bagi
kelompok difabel, tak ada lagi perbedaan untuk memeroleh akses ekonomi,
politik, sosial, dan pendidikan.
Allahummaj’al saadatanaa min umana,
hattaa yarhamanaa waiyyaahum dzul ‘ulamaa. Ya Allah jadikanlah para pemimpin
kami dari orang-orang yang dapat dipercaya, sehingga kami dan mereka disayang
oleh Allah Yang Menguasai Ulama
Allahummaj’al baldatanaa Indonesia,
ma’muurotam bithoo’atim bi wa’dil ‘ulamaa. Ya Allah jadikanlah negara kami
Indonesia, makmur dengan ketaatan berkat mauidhoh para Ulama.
Barakallahu
li walakum fil quranil azim, wanafa’ani wa iyyakum bima fiihi minal aayati
wazikril hakim. Wataqobbal minni wa minkum tilawatahu innahu huwassamiul ‘alim.
Waqurrobbighfir warham wa anta khoirurrohimiin
(H. Jagarin Pane)