Bismillah
Seorang santri
sesungguhnya adalah pewaris ajaran Kyai/Ulama, dan salah satu ajaran Kyai yang
utama adalah memakmurkan Masjid termasuk melestarikan “perangkatnya” seperti
bedug, tongkat, mimbar, dua azan sholat Jumat dan Bilalnya serta puji-pujian
after Azan before Iqomat. Maka ketika kalian bersafari dari Masjid ke Masjid
pelajarilah kemakmuran sebuah Masjid sebagai sebuah ibrah. Demikian Kyai menyampaikan pesan sehabis Majelis
Dibaan.
Ada Masjid yang
ditelantarkan manusia-manusia disekitarnya yang tipis aqidahnya. Ada juga Masjid yang mendapat perlakuan
istimewa dari insan-insan fathonah yang ada di lingkungan Masjid itu. Dari dua
kondisi ini kalian akan segera tahu kualitas masyarakat yang ada di sekitar
Masjid. Masjid adalah rumah Allah yang penuh barokah dan karomah, maka wajib
kita memakmurkan dan memuliakannya.
Seorang Kyai
pernah bercerita sedih, ada perjalanan Masjid kuno yang tak mendapat “sentuhan
kasih sayang” dari manusia-manusia disekitarnya. Sudah tak terurus, sebagian
tanah wakafnya ditempati dan diakui sebagai milik nenek moyangnya. Kapling ini diklaim milik si A, yang pojok
sana diklaim dan ditempati si B, pinggir sini diaku milik si C. Luar biasa
kezaliman yang dilakukan terhadap Bait Allah. Lebih heboh lagi di Masjid kuno
diadakan ritual tabur kembang bakar menyan pada malam-malam tertentu untuk
mendapatkan emas atau materi lain.
Nauzubillah.
Pembiaran yang
seperti ini mencerminkan kualitas manusia yang ada di sekitar Masjid
benar-benar memalukan karakternya. Dan ketika ada orang lain yang mendapat
amanah untuk mereformasi kondisi Masjid yang begitu memprihatinkan,
manusia-manusia tadi sibuknya luar biasa, sibuk menjual jajanan fitnah dan
hanya laku di lingkungan komunitasnya saja. Sementara Masjid yang ditelantarkan
tadi sudah menjelma menjadi Masjid yang penuh karomah dan barokah dengan syiar
dakwah ahlu sunnah wal jamaah annahdilyah.
Orang-orang yang
berkarakter minus tadi sesungguhnya adalah orang-orang yang telah ditelantarkan
Allah kehidupan beragama dan sosialnya.
Kehidupan realnya masuk kelas orang-orang yang papa aqidah, papa amaliyah,
papa wathoniyah. Makanya bisa disebut komunitas minus. Komunitas minus jika
berkumpul dan berdiskusi yang dibicarakan pasti kekurangan orang lain seperti
pepatah buruk muka cermin dibelah. Alias tidak ngaca diri.
Masjid yang
dizalimi tadi sekarang sudah tumbuh menjadi Masjid yang bermarmah, infaqnya
melimpah. Jamaah lima waktu
berduyun-duyun mendatangi Masjid. Kalau dulu untuk mendapatkan jamaah 5-7 orang
saja sulit maka saat ini jamaah sholat subuh bisa dihadiri berpuluh jamaah.
Demikian juga dengan sholat lima waktu yang lain. Ironinya sekelompok komunitas
minus tadi tak pernah menampakkan diri menjadi jamaah Masjid, alias terhalang
dari rumah Allah yang penuh dengan karomah.
Berbagai fasiltas
untuk ibadah, syiar dakwah dan muamalah dicukupi Allah dengan cara Allah. Inilah wajah Masjid barokah yang bersih,
nyaman dan aman untuk beribadah. Maka, kata Kyai tadi, jawaban dari semua itu
adalah bertanggung jawab dengan amanah, istiqomah dan amanah. Selanjutnya
biarkan Allah yang memuliakan dan mempermalukan. Memuliakan orang yang memakmurkan dan
membaguskan rumahNya dan mempermalukan orang yang menelantarkan dan menzalimi
rumahNya.
Sebagai santriku,
kalian harus bisa mengambil pelajaran dari sebuah kisah dan cerita Kyai. Kalian adalah penerus ajaran Kyai yang nota
bene adalah ajaran para Ulama penerus ajaran Rasulullah SAW. Komunitas minus yang dijelaskan tadi bisa
terjadi dimana saja dan pada siapa saja karena tidak mendapat asupan gizi aqidah,
gizi laku sikap dan didikan konstruktif yang dibangun dari basis keluarga.
Masa depan kalian
adalah tergantung asupan gizi tadi. Menjadi santri adalah dalam rangka mengisi
ruang aqidah dan wawasan untuk menjalankan peran dakwah, peran syiar
melanggengkan ajaran agama Allah yang dibawa Rasulullah. Semoga kelak kalian menjadi barisan Annahdliyah yang amanah, istiqomah
dan fathonah.