Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmanirrohiim

Selasa, 18 September 2018

Cerita Kyai (Serial)


Bismillah
Seorang santri sesungguhnya adalah pewaris ajaran Kyai/Ulama, dan salah satu ajaran Kyai yang utama adalah memakmurkan Masjid termasuk melestarikan “perangkatnya” seperti bedug, tongkat, mimbar, dua azan sholat Jumat dan Bilalnya serta puji-pujian after Azan before Iqomat. Maka ketika kalian bersafari dari Masjid ke Masjid pelajarilah kemakmuran sebuah Masjid sebagai sebuah ibrah.  Demikian Kyai menyampaikan pesan sehabis Majelis Dibaan.

Ada Masjid yang ditelantarkan manusia-manusia disekitarnya yang tipis aqidahnya.  Ada juga Masjid yang mendapat perlakuan istimewa dari insan-insan fathonah yang ada di lingkungan Masjid itu. Dari dua kondisi ini kalian akan segera tahu kualitas masyarakat yang ada di sekitar Masjid. Masjid adalah rumah Allah yang penuh barokah dan karomah, maka wajib kita memakmurkan dan memuliakannya.

Seorang Kyai pernah bercerita sedih, ada perjalanan Masjid kuno yang tak mendapat “sentuhan kasih sayang” dari manusia-manusia disekitarnya. Sudah tak terurus, sebagian tanah wakafnya ditempati dan diakui sebagai milik nenek moyangnya.  Kapling ini diklaim milik si A, yang pojok sana diklaim dan ditempati si B, pinggir sini diaku milik si C. Luar biasa kezaliman yang dilakukan terhadap Bait Allah. Lebih heboh lagi di Masjid kuno diadakan ritual tabur kembang bakar menyan pada malam-malam tertentu untuk mendapatkan emas atau materi lain.  Nauzubillah.

Pembiaran yang seperti ini mencerminkan kualitas manusia yang ada di sekitar Masjid benar-benar memalukan karakternya. Dan ketika ada orang lain yang mendapat amanah untuk mereformasi kondisi Masjid yang begitu memprihatinkan, manusia-manusia tadi sibuknya luar biasa, sibuk menjual jajanan fitnah dan hanya laku di lingkungan komunitasnya saja. Sementara Masjid yang ditelantarkan tadi sudah menjelma menjadi Masjid yang penuh karomah dan barokah dengan syiar dakwah ahlu sunnah wal jamaah annahdilyah.

Orang-orang yang berkarakter minus tadi sesungguhnya adalah orang-orang yang telah ditelantarkan Allah kehidupan beragama dan sosialnya.  Kehidupan realnya masuk kelas orang-orang yang papa aqidah, papa amaliyah, papa wathoniyah. Makanya bisa disebut komunitas minus. Komunitas minus jika berkumpul dan berdiskusi yang dibicarakan pasti kekurangan orang lain seperti pepatah buruk muka cermin dibelah. Alias tidak ngaca diri.

Masjid yang dizalimi tadi sekarang sudah tumbuh menjadi Masjid yang bermarmah, infaqnya melimpah. Jamaah  lima waktu berduyun-duyun mendatangi Masjid. Kalau dulu untuk mendapatkan jamaah 5-7 orang saja sulit maka saat ini jamaah sholat subuh bisa dihadiri berpuluh jamaah. Demikian juga dengan sholat lima waktu yang lain. Ironinya sekelompok komunitas minus tadi tak pernah menampakkan diri menjadi jamaah Masjid, alias terhalang dari rumah Allah yang penuh dengan karomah.

Berbagai fasiltas untuk ibadah, syiar dakwah dan muamalah dicukupi Allah dengan cara Allah.  Inilah wajah Masjid barokah yang bersih, nyaman dan aman untuk beribadah. Maka, kata Kyai tadi, jawaban dari semua itu adalah bertanggung jawab dengan amanah, istiqomah dan amanah. Selanjutnya biarkan Allah yang memuliakan dan mempermalukan.  Memuliakan orang yang memakmurkan dan membaguskan rumahNya dan mempermalukan orang yang menelantarkan dan menzalimi rumahNya.

Sebagai santriku, kalian harus bisa mengambil pelajaran dari sebuah kisah dan cerita Kyai.  Kalian adalah penerus ajaran Kyai yang nota bene adalah ajaran para Ulama penerus ajaran Rasulullah SAW.  Komunitas minus yang dijelaskan tadi bisa terjadi dimana saja dan pada siapa saja karena tidak mendapat asupan gizi aqidah, gizi laku sikap dan didikan konstruktif yang dibangun dari basis keluarga.

Masa depan kalian adalah tergantung asupan gizi tadi. Menjadi santri adalah dalam rangka mengisi ruang aqidah dan wawasan untuk menjalankan peran dakwah, peran syiar melanggengkan ajaran agama Allah yang dibawa Rasulullah.  Semoga kelak kalian menjadi  barisan Annahdliyah yang amanah, istiqomah dan fathonah.