Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmanirrohiim

Sabtu, 21 Desember 2013

Memaknai Perjalanan 80 Tahun Masjid Jami' NU Jomblang Semarang (Des 1933 - Des 2013)




إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS At-Taubah: 18).

Sebuah Masjid beridentitas khusus sudah lama hadir di tengah kota Semarang, meski ketika dibangun oleh para Ulama NU tahun 1933 lokasinya masih masuk kategori pinggiran kota Semarang. Identitas khususnya itu adalah bukti otentik kesejarahannya sebagaimana bisa kita saksikan melalui dua prasasti di dinding samping pintu masuk utama. Bahwa jelas Masjid ini dibangun oleh para Ulama NU persis 9 tahun setelah organisasi Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya  tanggal 31 Januari 1926.

Setelah berpuluh tahun tidak mendapat sentuhan renovasi, perubahan nyata bentuk Masjid ini mulai kelihatan pada tahun 2005 dengan direnovasinya serambi Masjid dari bentuk yang tidak layak pandang alias kumuh tak terawat, menjadi bernilai memadai sebagaimana bisa kita lihat saat ini. Disamping melakukan renovasi serambi Masjid, juga dilakukan perbaikan total kamar mandi dan tempat wudhu, pembuatan gudang penyimpanan inventaris dan pengecatan Masjid.  Masjid ini berlokasi di Jl Jomblang Barat I RT 01 RW 03 Kelurahan Candi Kecamatan Candisari Semarang.  Hanya berjarak 100 meter dari Java Mall atau 50 meter dari hotel dan apartemen megah Star Western arah ke Barat.  Kondisi Masjid saat ini sudah jauh lebih baik dari sisi fisik bangunan dan syiar dakwahnya.

Perubahan nyata lainnya adalah pengembalian tanah wakaf Masjid berupa bangunan untuk tempat usaha setelah sekian lama dipergunakan.  Upaya pengembalian wakaf ini dilakukan dengan berbagai tahap yaitu melakukan koordinasi antara Yayasan dan Ketakmiran, melakukan musyawarah mufakat dengan pemakai wakaf. Tak ketinggalan pula mempublikasikan persoalan itu lewat rubrik Surat Pembaca dan rubrik Gagasan di koran Suara Merdeka dan Tabloid Suara NU tahun 2010. Ini semua dilakukan demi amar ma’ruf nahi munkar untuk kebaikan masa depan Masjid dan warga di sekitar Masjid.

Karena Masjid ini dikelola oleh Yayasan Masjid Jami’ Jomblang maka selayaknya struktur Ketakmiran Masjid mengikuti hirarki. Saat ini sudah dilakukan perubahan struktur Ketakmiran yang berada dalam kendali penuh Yayasan dan Pengurus NU kota Semarang. Ketakmiran Masjid Jami’ sudah mempunyai kantor sederhana. Meski ukurannya mungil namun kantor kesekretariatan bersama yang ada di kompleks Masjid Jami’ antara Pengurus NU MWC, Pengurus Ranting NU, Yayasan dan Ketakmiran memberikan gambaran adanya ruang sinergi koordinasi, kerjasama organisasi untuk membangun dan mengembangkan syiar dakwah. Lebih penting dari itu adalah untuk memberikan perlambang dan pengawalan yang jelas tentang identitas Masjid Jami’ Jomblang yang bersejarah ini.

Ketakmiran dan Yayasan selama 4 bulan terakhir ini sudah memperbaharui kondisi seluruh bangunan asset di sekitar Masjid yang menjadi satu kesatuan dengan Masjid utama.  Bangunan itu adalah gedung ex KUA yang kondisinya bertahun-tahun sangat memprihatinkan, sekarang sudah direnovasi total.  Demikian juga dengan asset rumah tinggal di sebelah kiri dan kanannya, sudah diperbaiki, dipercantik sehingga menjadi layak huni dan layak pandang. Semua itu dapat dilakukan dengan koordinasi yang dinamis antara Yayasan dan Ketakmiran, pertanggungjawaban keuangan yang transparan dan amanah fathonah yang melibatkan seluruh elemen organisasi. Penting untuk diketahui bahwa seluruh kegiatan pembangunan dan pemeliharaan asset Masjid itu didanai sendiri dengan kemampuan keuangan Masjid yang mandiri.

Persoalan yang belum direalisasikan sampai saat ini adalah program sertifikasi tanah Masjid. Kita meyakini organisasi Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia khususnya PC NU kota Semarang tentu sudah mempersiapkan program sertifikasi itu. Meski pada hakekatnya kehadiran Masjid bersejarah ini memberikan manfaat dan berkah luar biasa bagi masyarakat sekitar yang religius, namun program sertifikasi tanah ini diperlukan untuk memperkuat status hukum agar dikemudian hari tidak terjadi lagi sengketa kepemilikan tanah.   

Pelaksanaan pengajian Lailatul Ijtima’ bulan ini yang insyaAllah dilaksanakan tanggal 20 Desember 2013 adalah kali kedua dilaksanakan sepanjang tahun 2013. Yang pertama telah dilaksanaan pada bulan Juni 2013 dengan menghadirkan KH Soddiq Hamzah pimpinan Pondok Pesantren Assodiqiyah Kaligawe Semarang. Pelaksanaan pengajian Lailatul Ijtima pada bulan Juni yang lalu juga bersamaan dengan pelantikan kepengurusan Nahdlatul Ulama ranting Candi oleh pengurus MWC Candisari disaksikan Ketua Tanfidziyah NU Kota Semarang H. Anasom SH Mhum bersama para pengurus dan ulama NU lainnya.

Tema pengajian Lailatul Ijtima’ kali ini adalah memaknai perjalanan 80 tahun Masjid Jami’ Jomblang Semarang.  Perjalanan 80 tahun sebuah Masjid bukanlah dimaksudkan untuk memperingati ulang tahunnya tetapi merenungkan dan memaknai catatan jalan ceritanya sebagai salah satu Rumah Allah (Baitullah) yang harus terus dirawat, dijaga, dipercantik, diperindah.  Tidak hanya dalam konteks bangunan fisik tetapi bangunan syiar dakwahnya sebagai pusat pengembangan jatidiri keislaman yang rahmatan lil alamin. Pertanyaannya adalah apakah kita sudah optimal memakmurkan Masjid bersejarah ini sebagai pusat syiar agama yang diridhoi Allah ?

Muhasabah ini penting kita lakukan untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap Masjid historis ini.  Masjid ini telah mewariskan dan menjadi saksi beberapa generasi ketakmiran dan jamaah.  Mulai dari generasi sebagai negeri terjajah, generasi proklamasi, generasi orde lama, generasi orde baru sampai generasi reformasi saat ini. Merenungkan dan memaknai nilai perjalanan historis Masjid ini adalah bagian dari cara pandang iman dan aqidah kita, sudah sejauh mana sih kepedulian kita menumbuhkembangkan syiar agama di Masjid yang mulia ini.  Lebih esensi dari itu khususnya untuk warga masyarakat sekitar Masjid, sudahkah kita ikut meramaikan sholat berjamaah lima waktu di Masjid yang ditakdirkan hadir di lingkungan kita.

Masjid secara harfiah menurut Bahasa Arab adalah bentuk isim makan yang berarti "tempat untuk bersujud".  Secara definisi terminologis, Masjid dapat dimaknai sebagai tempat khusus untuk melakukan berbagai aktivitas yang bernilai ibadah dalam arti yang luas. Salah satu bentuk aktivitas ibadah tersebut adalah aktivitas pengajaran dan pendidikan. Melalui lembaga nonformal yang bernama Masjid inilah Rasulullah Saw pertama kali melakukan proses pembinaan moral, mental dan spiritual umat.  Masjid pada saat itu berfungsi strategis sebagai lembaga pendidikan utama yang efektif dan dominan untuk membangun dan mengembangkan akhlak, karakter dan  potensi umat.

Menurut pakar pendidikan Syekh Abdurrahman An-Nahlawi, Masjid sebagai pusat pendidikan Islami yang non formal memiliki nilai kegunaan dan manfaat yang cukup besar. Mendidik masyarakat agar memiliki semangat pengabdian dalam seluruh aktivitasnya hanya kepada Allah Swt. Kemudian menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta menyadarkan adanya hak dan kewajiban sebagai insan pribadi yang berkehidupan sosial ditengah masyarakat.

Masjid dinilai mampu memberikan aura dan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran serta mengembangkan potensi-potensi ruhiah manusia melalui pendidikan kesabaran, keikhlasan, optimisme, dan akhlak luhur lainnya. Sehingga alumni lembaga Masjid memiliki kualifikasi intelektual, emosional dan spritual yang baik sebagai basis akhlak masyarakat. Untuk itu, diperlukan kreatifitas dan inovasi masyarakat untuk memberdayakan Masjid sebagai lembaga pendidikan kemasyarakatan sehingga tujuan pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertakwa dalam sebuah negeri yang toyyibatun wa robbun ghafur.

Pada tataran aplikasi pemberdayaan Masjid, memakmurkan Masjid menurut Mufassir Imam Ar-Razi dapat dilakukan dengan dua aktivitas secara sinergis dan terpadu, yaitu dengan memberikan kenyamanan secara fisik untuk beribadah di dalamnya dan memperbanyak aktivitas kebaikan di dalamnya.  Senada dengan pemahaman ini, Abu Su’ud menegaskan bahwa aktivitas memakmurkan masjid harus difahami dalam arti yang luas. Membangun, membersihkan, merawat dan memelihara keindahan dan kebaikan masjid termasuk dalam kategori memakmurkannya. Melakukan aktivitas kebaikan yang dibenarkan syariat juga merupakan aktivitas memakmurkan masjid yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw.
Alangkah indahnya bila setiap Masjid yang didirikan tidak saja di bangun untuk sebuah hiasan belaka. Alangkah berkahnya bila Masjid ini selalu di penuhi dengan jama’ah yang melaksanakan aktivitas ibadahnya. Seperti apapun bentuknya, Masjid harus di rawat dan dan dihidupkan kegiatannya. Menggiatkan berbagai aktivitas keagamaan yang didasari oleh semangat penghambaan kepada Allah SWT. Menjadi sentra pemberdayaan dan pembinaan umat. Yang akhirnya Masjid akan memainkan fungsinya sebagai salah satu pilar kebangkitan umat Islam.
Dalam sebuah hadits yang sangat terkenal, dari Abu Hurairah Ra: ”Nabi Muhammad Saw menyebutkan ada 7 golongan yang akan dinaungi Allah di hari di mana tiada naungan lagi kecuali naunganNya, salah satunya bahkan yang disebutkan pertama adalah orang yang hatinya senantiasa tergantung di dalam Masjid, tentunya untuk beribadah”. (diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan Nasaa’i)
Jadi, marilah kita mulai ikut meramaikan dan memakmurkan Masjid ini, tidak hanya sekedar di bulan Ramadhan dan hari Jum’at saja. Namun mengusahakannya di setiap waktu sholat. Dengan begitu kita juga melatih diri untuk sholat tepat waktu, berjama’ah dan mempererat Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan) dengan sesama saudara Muslim. Dalam jama’ah tidak lagi ada perbedaan, tidak ada lagi pangkat dan jabatan, tidak lagi memandang kaya dan miskin.  Masjid memiliki fungsi sebagai sarana menegakkan ukhuwah, meniadakan perbedaan dan mengutamakan keadilan.
Masjid adalah rumah orang yang bertaqwa, rumah bagi umat Islam untuk mendekatkan kepada sang ILLAHI. Sekarang saatnya umat Islam, anak-anak, pemuda dan orang tua untuk memakmurkan Masjid sebagai jalan menggapai surga dunia dan akhirat. Apalagi membangun Masjid secara fisik mendapat jaminan langsung dari Rasulullah Saw berupa istana yang megah di syurgaNya kelak : 
“Barangsiapa yang membangun Masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya istana di syurga”.(H.R.Bukhari Muslim). 
Dalam hadits yang lain Rasulullah Saw juga bersabda : 
“Sebaik-baik tempat di muka bumi ini adalah Masjid-Masjid Allah Swt (H.R.Ahmad)
Tidakkah kita ingin mendapat keistimewaan yang demikian agung di akhirat kelak ? Seperti halnya kita sering mendapatkan rumah dan tempat tinggal yang mewah di dunia yang menjadi sarana penenang jiwa kita setelah letih bekerja. Jawabannya adalah ada pada kesiapan dan keikhlasan kita untuk membangun Masjid sebagai simbol dari rumah Allah swt yang paling dimuliakannya di dunia ini.  Lantas memakmurkannya dengan berbagai aktifitas ibadah, amal shalih dan kebaikan lainnya sehingga kehidupan ini akan semakin mendapat keberkahan Allah Swt.  
Sudah saatnya kita peluk hangat eksistensi Masjid yang telah berussia 80 tahun ini dengan berbagai aktivitas dakwah dan pengajaran Islami. Ketakmiran yang sekarang membawa tugas amanah itu melaksanakannya dengan filosofi siddiq, tabligh, amanah dan fathonah. Kita jalankan peran memakmurkan Masjid ini dengan kejujuran dan keikhlasan, pertanggung jawaban, kecerdasan dan syiar dakwah yang membahana.  Pelaksanaan pengajian Lailatul Ijtima ini adalah dalam rangka itu sembari tafakkur dalam sujud tahajud malam pekat: “Ya Rabb semoga niat dan langkah kami untuk memakmurkan MasjidMu ini, Engkau ridhoi, Engkau berkahi dan Engkau sirami kami dan keluarga kami dengan rahmat dan nikmat rezeki yang melimpah, kesehatan yang afiat, keselamatan lahir dan bathin dalam karunia dan ridhoMu yang maha pengasih dan maha penyayang, amien.

****
Semarang, 15 Desember 2013
H. Jagarin Pane SE MM
Ketua Takmir Masjid Jami’ Jomblang
Ketua Tanfidziyah NU Ranting Candi