***
Masjid Jamik NU Al-Amanah yang berlokasi di Jl Jomblang Barat I Kel. Candi Kec. Candisari Semarang adalah salah satu Masjid bersejarah yang dimiliki masyarakat Semarang. NU Kota Semarang dideklarasikan tanggal 24 April 1926 oleh KH Ridwan Mujahid di Alun2 depan Masjid Kauman. Masjid Al Amanah ini dibangun para ulama NU Sept 1933 dan selesai Des 1933 sebagaimana data yang tertera pada prasasti di dinding depan Masjid. Pada awalnya Masjid ini juga menjadi Sekretariat NU kota Semarang.
Bismillahirrohmanirrohiim
![Bismillahirrohmanirrohiim](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8-tYf368XpBzd2dT3HDwslbpr9rNaKNMer31Jq9lqYhRNp3XBNe2V_xfEIZ-8WHPnA2NrQoS-Ko_ELFRW6AvwGYQH2l0xu1NPTh33btN76KtDL7mQA9c4viikWhrfoSWUf9kYtZGh85I/s1600/1383953_1399080213660294_1290822620_n.jpg)
Selasa, 18 April 2017
Jumat, 07 April 2017
Memaknai Ibrah
Saudaraku yang dirahmati Allah, perjalanan
fastabikhul khoirot kita dipastikan akan menemukan rambu-rambu untuk uji
fathonah, salah satunya yang bernama ibrah. Ibrah itu adalah pengajaran,
pelajaran yang dengannya kita ambil hikmah untuk muhasabah diri, pembelajaran
dari sebuah kisah, jalan cerita, pengalaman dan peristiwa yang bertema amanah
dan khianat pada nilai-nilai kebenaran hakiki.
Dalam Al Quran surat Al Hasyr ayat 2 ada makna ibrah dari sebuah
peristiwa sejarah Islam, firman Allah SWT:
"Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir diantara ahli kitab dari kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari siksaan Allah. Maka Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut kedalam hati mereka sehingga mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambilah kejadian itu untuk menjadi pelajaran (ibrah) wahai orang-orang yang mempunyai pandangan".
"Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir diantara ahli kitab dari kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari siksaan Allah. Maka Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut kedalam hati mereka sehingga mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambilah kejadian itu untuk menjadi pelajaran (ibrah) wahai orang-orang yang mempunyai pandangan".
Seorang pakar bahasa Arab yang dikenal dengan
panggilan Ibnu Faris yang hidup ditahun 329–395 H atau 941–1004 M mengatakan bahwa firman Allah SWT dalam QS.Al-Hasyr ayat 2 itu
bermakna, lihat dan saksikan apa yang Allah SWT perbuat terhadap orang-orang
yang berbuat kejahatan seperti yang dilakukan orang Yahudi dari Bani Nadhir di
pinggiran kota Madinah, yang karena kejahatannya itu mereka disiksa dan terusir
dari kota Madinah. Oleh karena itu, jauhilah perbuatan yang seperti perbuatan
mereka, agar tidak turun menimpa kalian apa yang menimpa mereka. (Mu`jam
Maqayis al-Lughah 4/210).
Imam Ghazali memberi
contoh untuk memperjelas makna ibrah, beliau berkata: misalnya seseorang menyaksikan suatu musibah yang menimpa orang
lain, maka jadilah musibah itu sebagai ibrah baginya. Maksudnya orang itu “memindahkan” apa
yang dilihat dan disaksikannya kepada dirinya sendiri untuk
menggugah kesadarannya bahwa bisa saja dirinya terkena musibah yang mirip
dengan musibah itu. Jadi seseorang yang
mengambil ibrah artinya ia menyeberangkan suatu peristiwa yang terjadi pada
orang lain ke arah dirinya.
Dalam Al Quran surat Yusuf ayat 111 Allah berfirman :
“Sungguh pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
“Sungguh pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Jadi ibrah itu pengajaran, sesuatu yg dapat kita renungkan sepanjang jalan kehidupan kita.
Bisa dalam kaitannya dengan musibah, azab, teguran sebagai akibat dari
perbuatan khianat, maksiat, kezaliman, kefasikan, kemunafikan yang dilakonkan
dan dipertontonkan kemudian diperlihatkan Allah balasannya dengan caraNya.
Maknanya adalah agar kita bisa bercermin diri, dan harus terus
menerus diingatkan, bahwa Allah menguji bukan untuk menghukum. Allah menguji
adalah untuk menegur. Untuk memanggil kita kembali pada jalanNya. Mungkin ada
kesalahan yang kita lakukan yang tidak kita sadari. Mungkin ada kelalaian dalam
keikhlasan hati yang kita tidak ketahui.
Usia kita yang sudah menua, ibrahnya adalah mulailah
meninggalkan gengsi keduniaan. Bersyukur karena masih diberikan kesempatan
mengisi bekal akhirat. Maka mulailah menghapus keinginan untuk menguasai atau nafsu
berkuasa yang terus menerus. Misalnya menjadi
penguasa lingkungan sudah belasan tahun, semakin lama bukan semakin arif perilakunya
tetapi menunjukkan sifat tamak, rasa haus dan dahaga pada apa yang disebut
memeluk kekuasaan terus menerus tanpa rasa malu, merasa menjadi penguasa
wilayah. Usia kita yang semakin berkurang jatahnya mestinya diisi dengan
kegiatan ibadah, menghadiri majelis-majelis keagamaan, memakmurkan Masjid dan
menggenggam zuhud.
Ada orang yang sudah terperangkap jabatan sebagai
penguasa lingkungan dan sudah sakit-sakitan belum menyadari bahwa semua yang
dia genggam itu fana. Karena dia tak mampu mengibrahkan dirinya. Yang ada dalam
benaknya adalah gila hormat, haus kekuasaan, arogan merasa seperti raja. Ada
juga perilaku orang fasik yang bertopengkan pemuka agama, merasa dia yang
paling pantas, orang lain tidak boleh pantas, merasa paling benar dan lalu
mengumbar fitnah. Kefasikannya membuat dia lupa akan makna ibrah. Sebuah keluarga
yang tak mampu memaknai ibrah jadilah dia sebagai keluarga maksiat tapi
berlagak terhormat. Punya suami berkarakter dungu, punya istri suka selingkuh
lalu lingkungannya yang dituduh, itu pertanda tak mampu memaknai ibrah. Ada juga orang yang mengaku kyai dan bertahun-tahun
menjadi imam Masjid tapi tak pernah jua mengambil ibrah dari sebuah makna
perjalanan ibadah dan dakwah kecuali jualan doa kesana kemari. Tak mampu memaknai
ibrah.
Ibrah dari orang-orang yang mengkhianati Masjid bisa
menjadi bahan renungan untuk kita. Masjid yang seharusnya dimakmurkan malah
menjadi amburadul karena tak mampu dikelola dengan amanah. Dana infaq kencleng Masjid disalahgunakan,
dana muzakki tiap tahun untuk zakat mal digelapkan, sesama pengurus berkonflik
sendiri. Maka bisa kita lihat orang-orang yang berkhianat pada rumah Allah
terusir secara tidak terhormat tentu dengan cara Allah. Bagaimana mungkin di
rumah Allah yang mulia melakukan perbuatan syirik, bakar menyan, tabur kembang mengharap
ada harta karun di Masjid. Subhanallah, tak mampu memaknai ibrah, tidak ada
nilai fathonah dalam menjalankan perintah agama.
Ibrah yang bisa dipetik dari kisah-kisah ini adalah agar
kita tetap dalam bingkai amanah dan istiqomah sekaligus juga fathonah manakala
diberi kepercayaan dan tanggung jawab. Meminjam istilah seorang motivator
terkenal : berbuatlah yang terbaik, lalu perhatikan apa yang akan terjadi. Biar
Allah yang menetapkan timbangan dan penilaiannya nya atas segala sesuatu yang
ada dalam ukuran nilaiNya. Allah jua yang memperlihatkan balasan pada
orang-orang yang khianat dan maksiat sebagai ibrah untuk kita.
Salah satu makna ibrah yang bisa kita renungkan adalah
dengan mengambil contoh adegan film India.
Lakon yang dipertontonkan dalam film yang berdurasi tiga jam itu adalah
merajalelanya kezaliman, fitnah, hobby mengklaim ini milikku, pemutarbalikan
fakta, ada yang sok berkuasa, merasa super, suami istri suka maksiat, jadi
preman kampung tong kosong nyaring bunyinya, ada yang merasa menjadi keluarga
terpandang padahal sejatinya pecundang. Semua lakon tadi diibrahkan
dengan lima menit terakhir dalam durasi film India tadi, nilai kebenaran
diperlihatkan. Bahwa kebenaran tidak
bisa dikalahkan oleh apapun karena dia milik penguasa kebenaran Allah Azza Wa
Jalla. Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar wala haula
wala quwwata illabillahil aliyyil azim.
Jagarin Pane / 07-04-2017
Langganan:
Postingan (Atom)