Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmanirrohiim

Jumat, 07 April 2017

Memaknai Ibrah

Saudaraku yang dirahmati Allah, perjalanan fastabikhul khoirot kita dipastikan akan menemukan rambu-rambu untuk uji fathonah, salah satunya yang bernama ibrah. Ibrah itu adalah pengajaran, pelajaran yang dengannya kita ambil hikmah untuk muhasabah diri, pembelajaran dari sebuah kisah, jalan cerita, pengalaman dan peristiwa yang bertema amanah dan khianat pada nilai-nilai kebenaran hakiki.

Dalam Al Quran surat Al Hasyr ayat 2 ada makna ibrah dari sebuah peristiwa sejarah Islam, firman Allah SWT:
"
Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir diantara ahli kitab dari kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari siksaan Allah. Maka Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut kedalam hati mereka sehingga mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang mukmin.  Maka ambilah kejadian itu untuk menjadi pelajaran (ibrah) wahai  orang-orang yang mempunyai pandangan".  

Seorang pakar bahasa Arab yang dikenal dengan panggilan Ibnu Faris yang hidup ditahun 329–395 H atau  941–1004 M mengatakan bahwa firman Allah SWT dalam QS.Al-Hasyr ayat 2 itu bermakna, lihat dan saksikan apa yang Allah SWT perbuat terhadap orang-orang yang berbuat kejahatan seperti yang dilakukan orang Yahudi dari Bani Nadhir di pinggiran kota Madinah, yang karena kejahatannya itu mereka disiksa dan terusir dari kota Madinah. Oleh karena itu, jauhilah perbuatan yang seperti perbuatan mereka, agar tidak turun menimpa kalian apa yang menimpa mereka. (Mu`jam Maqayis al-Lughah 4/210).
Imam Ghazali memberi contoh untuk memperjelas makna ibrah, beliau berkata: misalnya seseorang menyaksikan suatu musibah yang menimpa orang lain, maka jadilah musibah itu sebagai ibrah baginya. Maksudnya orang itu “memindahkan” apa yang dilihat dan disaksikannya kepada dirinya sendiri untuk menggugah kesadarannya bahwa bisa saja dirinya terkena musibah yang mirip dengan musibah itu. Jadi seseorang yang mengambil ibrah artinya ia menyeberangkan suatu peristiwa yang terjadi pada orang lain ke arah dirinya.

Dalam Al Quran surat Yusuf ayat 111 Allah berfirman :
Sungguh pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.  Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Jadi ibrah itu pengajaran, sesuatu yg dapat kita renungkan sepanjang jalan kehidupan kita.  Bisa dalam kaitannya dengan musibah, azab, teguran sebagai akibat dari perbuatan khianat, maksiat, kezaliman, kefasikan, kemunafikan yang dilakonkan dan dipertontonkan kemudian diperlihatkan Allah balasannya dengan caraNya. Maknanya adalah agar kita bisa bercermin diri, dan harus terus menerus diingatkan, bahwa Allah menguji bukan untuk menghukum. Allah menguji adalah untuk menegur. Untuk memanggil kita kembali pada jalanNya. Mungkin ada kesalahan yang kita lakukan yang tidak kita sadari. Mungkin ada kelalaian dalam keikhlasan hati yang kita tidak ketahui.

Usia kita yang sudah menua, ibrahnya adalah mulailah meninggalkan gengsi keduniaan. Bersyukur karena masih diberikan kesempatan mengisi bekal akhirat. Maka mulailah menghapus keinginan untuk menguasai atau nafsu berkuasa yang terus menerus.  Misalnya menjadi penguasa lingkungan sudah belasan tahun, semakin lama bukan semakin arif perilakunya tetapi menunjukkan sifat tamak, rasa haus dan dahaga pada apa yang disebut memeluk kekuasaan terus menerus tanpa rasa malu, merasa menjadi penguasa wilayah. Usia kita yang semakin berkurang jatahnya mestinya diisi dengan kegiatan ibadah, menghadiri majelis-majelis keagamaan, memakmurkan Masjid dan menggenggam zuhud. 

Ada orang yang sudah terperangkap jabatan sebagai penguasa lingkungan dan sudah sakit-sakitan belum menyadari bahwa semua yang dia genggam itu fana. Karena dia tak mampu mengibrahkan dirinya. Yang ada dalam benaknya adalah gila hormat, haus kekuasaan, arogan merasa seperti raja. Ada juga perilaku orang fasik yang bertopengkan pemuka agama, merasa dia yang paling pantas, orang lain tidak boleh pantas, merasa paling benar dan lalu mengumbar fitnah. Kefasikannya membuat dia lupa akan makna ibrah. Sebuah keluarga yang tak mampu memaknai ibrah jadilah dia sebagai keluarga maksiat tapi berlagak terhormat. Punya suami berkarakter dungu, punya istri suka selingkuh lalu lingkungannya yang dituduh, itu pertanda tak mampu memaknai ibrah.  Ada juga orang yang mengaku kyai dan bertahun-tahun menjadi imam Masjid tapi tak pernah jua mengambil ibrah dari sebuah makna perjalanan ibadah dan dakwah kecuali jualan doa kesana kemari. Tak mampu memaknai ibrah.

Ibrah dari orang-orang yang mengkhianati Masjid bisa menjadi bahan renungan untuk kita. Masjid yang seharusnya dimakmurkan malah menjadi amburadul karena tak mampu dikelola dengan amanah.  Dana infaq kencleng Masjid disalahgunakan, dana muzakki tiap tahun untuk zakat mal digelapkan, sesama pengurus berkonflik sendiri. Maka bisa kita lihat orang-orang yang berkhianat pada rumah Allah terusir secara tidak terhormat tentu dengan cara Allah. Bagaimana mungkin di rumah Allah yang mulia melakukan perbuatan syirik, bakar menyan, tabur kembang mengharap ada harta karun di Masjid. Subhanallah, tak mampu memaknai ibrah, tidak ada nilai fathonah dalam menjalankan perintah agama.

Ibrah yang bisa dipetik dari kisah-kisah ini adalah agar kita tetap dalam bingkai amanah dan istiqomah sekaligus juga fathonah manakala diberi kepercayaan dan tanggung jawab. Meminjam istilah seorang motivator terkenal : berbuatlah yang terbaik, lalu perhatikan apa yang akan terjadi. Biar Allah yang menetapkan timbangan dan penilaiannya nya atas segala sesuatu yang ada dalam ukuran nilaiNya. Allah jua yang memperlihatkan balasan pada orang-orang yang khianat dan maksiat sebagai ibrah untuk kita.

Salah satu makna ibrah yang bisa kita renungkan adalah dengan mengambil contoh adegan film India.  Lakon yang dipertontonkan dalam film yang berdurasi tiga jam itu adalah merajalelanya kezaliman, fitnah, hobby mengklaim ini milikku, pemutarbalikan fakta, ada yang sok berkuasa, merasa super, suami istri suka maksiat, jadi preman kampung tong kosong nyaring bunyinya, ada yang merasa menjadi keluarga terpandang padahal sejatinya pecundang. Semua lakon tadi diibrahkan dengan lima menit terakhir dalam durasi film India tadi, nilai kebenaran diperlihatkan.  Bahwa kebenaran tidak bisa dikalahkan oleh apapun karena dia milik penguasa kebenaran Allah Azza Wa Jalla. Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar wala haula wala quwwata illabillahil aliyyil azim.


Jagarin Pane / 07-04-2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar