Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmanirrohiim

Jumat, 17 Januari 2014

Maulid Nabi Muhammad SAW



Maulid Nabi berarti hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Menurut mayoritas Ulama yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal.  Dalam sirah Nabi kita tidak menemukan riwayat perayaan secara khusus oleh Nabi di hari lahirnya ataupun melakukan ritual tertentu.  Begitu pula di zaman sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in serta ulama salaf tidak ada yang mengkhususkan hari lahir Nabi Saw.

Peringatan khusus atas Maulid ini baru ada di generasi setelahnya.  Ada sumber yang menyatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang pertama mengawalinya, dalam usahanya membebaskan Al-Quds (Yerusalem) dari penjajah tentara Salib. Salahuddin memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw.

Tujuan peringatan Maulid ini adalah untuk mempertinggi semangat jihad kaum Muslim dengan membacakan kisah hidup Nabi Muhammad Saw.  Pada tahun 1184 M Salahuddin mengumpulkan Ulama untuk mengisahkan kisah Rasulullah dalam sebuah syair untuk menyemangati kaum Muslim yg sedang bertempur di medan jihad perang Salib.

Adalah Syaikh Ja'far Al-Barzanji yang akhirnya terpilih untuk mengisahkannya.  Jadilah syair "Barzanji" seperti kita kenal sekarang, "Barzanji" ini ditulis untuk meningkatkan kecintaan ummat pada Nabi yang di harapkan akan mencontoh perjuangan beliau Saw.  Alhamdulillah semangat dan persatuan kaum Muslim diawali dengan peringatan ini, lalu Al-Quds dapat dibebaskan pada tahun 1187 M oleh tentara Muslim dibawah pimpinan Salahuddin Al Ayyubi..

Pada masa kini ada pro dan kontra tentang "Maulid Nabi" ini.  Sebagian mengatakan bid'ah (penyimpangan), sebagian lagi membolehkannya.  Yang menganggapnya penyimpangan (bid'ah) berdalil bahwa Muslim di larang merayakan apapun yang tidak dirayakan Rasulullah, sedangkan yang membolehkan "Maulid Nabi" bersandar pada dalil bahwa Imam Suyuthi dan Ibnu Hajar membolehkannya. Lalu bagaimana mendudukkan kedua perkara pro-kontra Maulid Nabi ini?

Kita coba sedikit mengupasnya.  Dalam Islam, bid'ah itu sesuatu yang dilarang Rasulullah dan pelakunya berada dalam kesesatan. Sejauh yang kita pelajari  bid'ah adalah penyimpangan dalam hal ibadah, bukan selain ibadah.  Contoh bid'ah misalnya menambah shalat subuh dari 2 rakaat menjadi 3 rakaat, atau shalat isya dari 4 rakaat jadi 3 rakaat, ini jelas bid'ah. Namun bila penyesuaian tatacara (wasilah), maka dalam kajian ini bukan bagian bid'ah, misalnya peringatan "Maulid Nabi".  Maka bid'ah ini hanya berkaitan dengan ibadah ritual (ibadah mahdhah) saja, sedangkan perantaranya (wasilah) tidak termasuk bid'ah

Misalnya lagi, dahulu Al-Qur'an di masa Rasul dan Sahabat ditulis di kulit atau tulang, masa kini di laptop dan HP, itu bukan bid'ah.  Dahulu di masa Rasulullah pendidikan dilakukan secara tatap muka, masa kini bisa dengan online maka sah, tidak bid'ah.  Maka peringatan "Maulid Nabi" bisa disamakan dengan membaca Sirah Nabi, hanya saja dilakukan secara berjama'ah, sangat indah sekali kan?

Di peringatan Maulid Nabi kita di ingatkan dengan kisah beliau dalam berjuang, semakin mencintai dan menyayangi beliau Saw.  Maka peringatan "Maulid Nabi" adalah bagian dari Majelis Ta'lim, Majelis Ilmu, mendatanginya insya Allah mendapat ilmu dan manfaat, sungguh sangat luar biasa.

Apalagi "Barzanji"-nya diartikan dalam bahasa Indonesia, malah lebih bagus lagi, banyak yang tadinya nggak paham jadi paham kisah Nabi.  Jadi justru "Maulid Nabi" ini harus jadi momentum persatuan dan pengingat bagaimana perjuangan Nabi Saw untuk Islam dan kita

Lalu bagaimana bila ada pendapat lain yang tetap menolak peringatan Maulid Nabi? Ya sudahlah, sama-sama saudara, legowo aja, sesama Muslim itu harus saling menjaga, saling sayang, masak "Maulid Nabi" di jadikan alasan ribut dan rusuh dengan saudara sendiri?  Sesama Muslim harus saling memahami.

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad
Ya Robbi Sholli alaihi wasallim
***
Publikasi : H. Jagarin Pane / 16 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar