Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmanirrohiim

Sabtu, 25 Agustus 2018

Realisasi Program Kerja Setahun Ini

REALISASI PROGRAM KERJA TAHUNAN KETAKMIRAN TAHUN 2017 – 2018
1 MUHARRAM 1439 H - 29 ZULHIJJAH 1439 H

No
Nama Program
Target
Realisasi
1
Operasional kantor setiap hari
-Sekretariat Ketakmiran
-Sekretariat NU Ranting Candi
-Sekretariat MUI Candisari
-Sekretariat NU MWC Candisari

Maret 2018

Sudah dilaksanakan
2
Umroh Gratis utk Marbot Masjid Ustad Sugiyono

Desember 2017

Sudah dilaksanakan
3
Pembuatan Kocean Wudhu dan Pintu

April 2018

Sudah dilaksanakan
4
Paket Sembako Sosial
6 x setahun
Terlaksana sesuai target
5
Peringatan 1 Muharram 1439H,  syukuran bubur suro
Tepat waktu
Sudah Dilaksanakan
6
Peringatan Maulid Nabi
Rabiul Awal 1439 H
Dilaksanakan bersama Pengajian Al Khidmah kota Semarang
7
Pengajian Ahad Pagi 1939
Sesuai jadwal
Terlaksana dengan baik
8
Peringatan Isra Mi’raj
Rajab 1439 H
Terlaksana dengan baik
9
Bantuan Utk Panti Asuhan dan Ponpes
4 x setahun
Terlaksana sesuai target
10
Peningkatan Kualitas Khatib / Imam Sholat Jumat
Januari 2018
Terlaksana dengan baik
11
Pelatihan Manajemen Masjid di MAJT
Ramadhan 1439H
Sudah terlaksana sebanyak 4 serial
12
Pelatihan LAZISNU
Ramadhan 1439H
Terlaksana dengan baik
13
Panitia Ramadhan 1439H
Progran sukses
Dilaksanakan dengan sukses
14
Program bea siswa 2 santri
Lanjutan
Sampai dengan April 2018
15
Istighosah Kebangsaan setiap bulan
Program lanjutan
Dilaksanakan sesuai jadwal
16
Inventarisasi dan pengamanan inventaris Masjid
Update terkini
Sudah dilaksanakan sebanyak dua kali
17
Kegiatan Kepengurusan NU dan MUI
Sesuai Kebutuhan
Berjalan baik
19
Perpustakaan Masjid
Dikembangkan
Masih dalam proses
20
Kerja bakti bersih Masjid
Sesuai Kebutuhan
Terlaksana
21
Kebersihan Masjid
Setiap saat
Mendapat pengharagaan
22
Transparansi Laporan Keuangan
Verifikasi, Laporan Keuangan Bulanan
Laporan keuangan bulanan terdistribusi
23
Pengelolaan Anggaran
Efektif dan Efisien
Berjalan baik
24
RPK Masjid /Toko Sembako
Program Lanjutan
Dakwah Sembako utk harga yang murah
25
Kultum Subuh
Seminggu sekali
Berjalan baik
26
Majelis Doa Arwah Jamak
Sya’ban 1439 H
Terlaksana baik
27
Idul Adha 1439H
10 Dzulhijjah 1439H
-
28
Kopi Subuh Utk Jamaah Masjid
Program Lanjutan
Berjalan 2 x seminggu
29
Pengajian Al Ibriz
Program Lanjutan
Setiap Ahad pagi ba’da Subuh
30
Pengajian Al Khidmah
Sesuai kebutuhan
Sesuai jadwal
31
Upprade CCTV
April 2018
Dilaksanakan Maret 2018
32
Kegiatan dakwah LTM PCNU
Sesuai kebutuhan
Program bersih2 Masjid
33
Yasinan, Tahlil, Asmaul Husna, Dibaan
Program rutin
Dilaksankan sesuai jadwal


Semarang 25 Agustus 2018
Ketua Takmir Masjid Al Amanah

Refleksi kemerdekaan 17 Agustus 2018


Republik Indonesia, negeri rahmatan lil alamin, negeri para pejuang nasionalis sejati, negeri ulama pejuang, lahir dari perjuangan darah dan airmata sampai kita tiba di hari ini malam tujuhbelas agustus 2018.

Budi Utomo, kebangkitan nasional 1908, Nahdlatul Ulama 1926, Sumpah Pemuda 1928 adalah bagian dari perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.

Resolusi jihad tanggal 22 Oktober 1945 yang dicetuskan KH Hasyim Asyari adalah pemicu ledakan pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya.  Tanggal ini akhirnya diperingati sebagai hari Santri Nasional mulai tahun 2015.

NKRI adalah kebanggaan kita bukan bentuk yang lain seperti khilafah.  NKRI adalah rumah besar kita yang luasnya sebesar benua eropa, negeri kepulauan terbesar didunia, negeri dengan jumlah penduduk terbesar keempat didunia, negeri dengan populasi muslim terbesar didunia, negeri demokrasi terbesar ketiga didunia adalah sebuah anugerah luar biasa yang diberikan Allah untuk kita.

Maka luaskanlah wawasan kebangsaan kita, cerdas berbangsa cerdas beragama, ini yang disebut insan fathonah. Perkuat ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basariyah.

Masjid kita, Masjid Jami’ Al Amanah adalah Masjid sejarah, penuh barokah dan karomah yang hanya bisa dibaca oleh jamaah yang amanah, istiqomah dan fathonah.

Maka bisa kita saksikan jamaah berkarakter fathonah berduyun-duyun mendatangi Masjid Annahdliyah ini untuk beribadah, berjamaah, berinfaq sedekah, bermajelis zikrullah, memakmurkan rumah Allah. Karena mereka merasakan nikmatnya beribadah dirumah Allah ini yang penuh marwah.

Masjid kita adalah masjid para pejuang, saksi sejarah perjalanan panjang negeri ini.  Masjid yang didirikan oleh organisasi Nahdlatul Ulama untuk syiar ahlu sunnah wal jamaah annahdliyah. Maka amanah kita sebagaimana juga yang menjadi nama Masjid ini, masjid jami’ al amanah adalah mengelorakan fikroh dan ghiroh ahlu sunnah wal jamaah annahdliyah.

Berindonesia adalah kesediaan untuk berjalan bersama dalam sebuah jembatan bhinneka tunggal ika. Wawasan kebangsaan adalah keluasan dan keluwesan menerima perbedaan warna diantara kita karena Indonesia adalah takdir sejarah kita dan masa depan kita.

Kompetensi adalah jalan raya untuk menuangkan semangat kebangsaan berkarakter pejuang.  Jangan seperti katak dibawah tempurung, jago kandang bermental pecundang ditengah komunitas tak terpandang.

Dirgahayu republik Indonesia, hubbul wathon minal iman.
Allahummaj‘al baldatanaa Indonesia, ma’murotan bithoatin bi wa’zhil ulamaa. Ya Allah jadikanlah negara kami Indonesia, makmur dengan ketaatan berkat mauidhoh para ulama.
***
(Disampaikan dalam Istighosah malam 17 Agustus 2018 Ba'da Isya)


Cerita Kyai (Serial)


Nasehat dinihari itu adalah ruang kebeningan paling indah dan senyap, begitu Kyai memulai lantunan kalimatnya, ketika para santri menyelesaikan sembah sujudnya di selimut dinihari sebuah Jumat.  Ini kebiasaan yang menjadi tatacara keseharian, bangun jam 03.00 sampai menjelang subuh diisi dengan kalimat-kalimat barokah dan hidayah. Terbiasa yang menjadi kebiasaan untuk menguatkan fikroh dan ghiroh based on mauidoh.

Mengapa ketika kalimat-kalimat tausiyah diperdengarkan berulang-ulang tetapi banyak orang gagal mendatangi rumah Allah untuk sholat berjamaah atau berperan serta membaguskan rumah Allah. Jawabnya sederhana, kata Kyai, karena tidak ada fikroh dan ghiroh yang tersaring di hatinya. Rekaman-rekaman akidah yang dimulai sejak kecil minim volume sehingga ketika dewasa dan tua menjadi barisan paling belakang untuk beramaliyah.

Kita ini beruntung tinggal di pesantren yang ada Masjid sejarahnya. Dimana-mana jika ada Masjid bersejarah di sebuah lingkungan, maka lingkungannya ikut manjadi “Kauman” alias banyak yang pintar mengaji, memakmurkan Masjid dan berakhlak mulia. Nah, jka ada Masjid bermarwah, punya karomah tapi di lingkungannya tidak terbangun masyarakat berkarakter santri sepanjang usia Masjid itu, pasti ada anomali sejarah di lingkungan itu.

Something wrong kata Kyai melanjutkan. Pasti ada yang salah, apa itu, boleh jadi dulu-dulunya tidak ada yang mau mengajarkan Al Quran. Tidak ada yang mengajarkan sikap rendah hati, toleran dan sederhana. Yang diajarkan mungkin saja sikap angkuh, merasa paling bisa dan merasa dari keluarga terhormat. Keluarga dan turunannya dibangun dengan semangat tinggi hati, angkuh, egois dan merasa yang paling paham agama.  Jadilah lingkungan anomali, ada peminum, penjudi dan ahli maksiat. Lingkungan seperti ini tak mungkin bisa memakmurkan Masjid.

Bisa jadi juga karena basis keluarga yang dibangun tidak sesuai tuntunan. Misalnya ingin berkeluara, punya istri tetapi bertahun-tahun tak punya anak. Lalu cari istri kedua tanpa melihat bibit bebet dan bobot, yang penting bisa punya anak. Akhirnya dapat perempuan pelacur. Kumpul kebo dulu baru dinikahi karena sudah yakin bisa dapat anak. Dalam perjalanannya ternyata si istri hobbynya berselingkuh karena profesi lama dan si suami tak berdaya karena miskin religi dan miskin wawasan.

Mengapa itu bisa terjadi, jawabnya jelas kurang memahami agama. Tak bisa ngaji Al Quran, kurang wawasan dan - ini yang terpenting - rekaman akidahnya tidak mencerminkan fikroh dan ghiroh al islam. Jadi seperti jalan cerita sinetron, semrawut pola pikir dan tindaknya, istri selingkuh lingkungan dibuat gaduh. Ironinya lagi Masjid yang nota bene tempat beribadah yang sudah panjang usianya dijadikan sumber fitnah, lalu koar-koar dan bilang : dulu ada yang menjadi Takmir, waktu mati kuburannya tidak muat.  Astaghfirullah.

Orang berkarakter begini sebenarnya seperti pepatah menepuk air didulang kena muka sendiri. Perjalanan hidupnya yang tak terarah, modal pengetahuan agamanya yang minim ditutupi dengan hobby menghasut dan mengklaim, menuduh orang maksiat padahal rumahnya sendiri penuh dengan maksiat. Mengapa ini bisa terjadi jawabnya mudah saja minim pendidikan, minim wawasan, minim pengetahuaan agama. Jadi serba minimalis.

Maka, para santri yang masih remaja, kata sang Kyai, isilah hati nuranimu dengan rekaman akidah, dengan rekaman kalimat barokah, dengan lantunan bahasa karomah. Pelajari Al Quran dan Al hadits, kembangkan amaliyah annahdilyah sebagai penguat fkroh dan ghiroh. Perkuat juga wawasan teknologi, ilmu pengetahuan dan wawasan kebangsaan. Sehingga ketika kita dewasa nanti lalu menemukan sebuah lingkungan yang penuh maksiat kita mampu berjalan dan menjalaninya dengan amanah, istiqomah dan fathonah.

Kalian akan beranjak dewasa, jadilah seperti ikan di laut. Meski air lautnya asin, ikannya tetap tawar. Bergaullah dengan orang yang setara wawasan akidahnya. Kalau kita bergaul dengan komunitas peminum, penjudi, ahli maksiat, ahli fitnah maka ujian terberatnya adalah menjaga amanah dan istiqomah kita.  Maka upaya yang paling pas adalah hindari komunitas jahiliyah itu. Hidayah adalah hak prerogatif Allah, maka nasehat dinihari seperti ini adalah dalam rangka memeluk hangat hidayah yang sudah kita genggam. Semoga barokah.

Semarang, 20 Agustus 2018