Bismillahirrohmanirrohiim

Bismillahirrohmanirrohiim

Sabtu, 25 Agustus 2018

Refleksi kemerdekaan 17 Agustus 2018


Republik Indonesia, negeri rahmatan lil alamin, negeri para pejuang nasionalis sejati, negeri ulama pejuang, lahir dari perjuangan darah dan airmata sampai kita tiba di hari ini malam tujuhbelas agustus 2018.

Budi Utomo, kebangkitan nasional 1908, Nahdlatul Ulama 1926, Sumpah Pemuda 1928 adalah bagian dari perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.

Resolusi jihad tanggal 22 Oktober 1945 yang dicetuskan KH Hasyim Asyari adalah pemicu ledakan pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya.  Tanggal ini akhirnya diperingati sebagai hari Santri Nasional mulai tahun 2015.

NKRI adalah kebanggaan kita bukan bentuk yang lain seperti khilafah.  NKRI adalah rumah besar kita yang luasnya sebesar benua eropa, negeri kepulauan terbesar didunia, negeri dengan jumlah penduduk terbesar keempat didunia, negeri dengan populasi muslim terbesar didunia, negeri demokrasi terbesar ketiga didunia adalah sebuah anugerah luar biasa yang diberikan Allah untuk kita.

Maka luaskanlah wawasan kebangsaan kita, cerdas berbangsa cerdas beragama, ini yang disebut insan fathonah. Perkuat ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basariyah.

Masjid kita, Masjid Jami’ Al Amanah adalah Masjid sejarah, penuh barokah dan karomah yang hanya bisa dibaca oleh jamaah yang amanah, istiqomah dan fathonah.

Maka bisa kita saksikan jamaah berkarakter fathonah berduyun-duyun mendatangi Masjid Annahdliyah ini untuk beribadah, berjamaah, berinfaq sedekah, bermajelis zikrullah, memakmurkan rumah Allah. Karena mereka merasakan nikmatnya beribadah dirumah Allah ini yang penuh marwah.

Masjid kita adalah masjid para pejuang, saksi sejarah perjalanan panjang negeri ini.  Masjid yang didirikan oleh organisasi Nahdlatul Ulama untuk syiar ahlu sunnah wal jamaah annahdliyah. Maka amanah kita sebagaimana juga yang menjadi nama Masjid ini, masjid jami’ al amanah adalah mengelorakan fikroh dan ghiroh ahlu sunnah wal jamaah annahdliyah.

Berindonesia adalah kesediaan untuk berjalan bersama dalam sebuah jembatan bhinneka tunggal ika. Wawasan kebangsaan adalah keluasan dan keluwesan menerima perbedaan warna diantara kita karena Indonesia adalah takdir sejarah kita dan masa depan kita.

Kompetensi adalah jalan raya untuk menuangkan semangat kebangsaan berkarakter pejuang.  Jangan seperti katak dibawah tempurung, jago kandang bermental pecundang ditengah komunitas tak terpandang.

Dirgahayu republik Indonesia, hubbul wathon minal iman.
Allahummaj‘al baldatanaa Indonesia, ma’murotan bithoatin bi wa’zhil ulamaa. Ya Allah jadikanlah negara kami Indonesia, makmur dengan ketaatan berkat mauidhoh para ulama.
***
(Disampaikan dalam Istighosah malam 17 Agustus 2018 Ba'da Isya)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar