Republik Indonesia, negeri rahmatan lil alamin, negeri para pejuang
nasionalis sejati, negeri ulama pejuang, lahir dari perjuangan darah dan
airmata sampai kita tiba di hari ini malam tujuhbelas agustus 2018.
Budi Utomo, kebangkitan nasional 1908, Nahdlatul Ulama 1926, Sumpah Pemuda
1928 adalah bagian dari perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka.
Resolusi jihad tanggal 22 Oktober 1945 yang dicetuskan KH Hasyim Asyari
adalah pemicu ledakan pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Tanggal ini akhirnya diperingati sebagai hari Santri Nasional mulai tahun 2015.
NKRI adalah kebanggaan kita bukan bentuk yang lain seperti khilafah. NKRI adalah rumah besar kita yang luasnya
sebesar benua eropa, negeri kepulauan terbesar didunia, negeri dengan jumlah
penduduk terbesar keempat didunia, negeri dengan populasi muslim terbesar
didunia, negeri demokrasi terbesar ketiga didunia adalah sebuah anugerah luar
biasa yang diberikan Allah untuk kita.
Maka luaskanlah wawasan kebangsaan kita, cerdas berbangsa cerdas beragama,
ini yang disebut insan fathonah. Perkuat ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah
dan ukhuwah basariyah.
Masjid kita, Masjid Jami’ Al Amanah adalah Masjid sejarah, penuh barokah
dan karomah yang hanya bisa dibaca oleh jamaah yang amanah, istiqomah dan
fathonah.
Maka bisa kita saksikan jamaah berkarakter fathonah berduyun-duyun
mendatangi Masjid Annahdliyah ini untuk beribadah, berjamaah, berinfaq sedekah,
bermajelis zikrullah, memakmurkan rumah Allah. Karena mereka merasakan nikmatnya
beribadah dirumah Allah ini yang penuh marwah.
Masjid kita adalah masjid para pejuang, saksi sejarah perjalanan panjang
negeri ini. Masjid yang didirikan oleh
organisasi Nahdlatul Ulama untuk syiar ahlu sunnah wal jamaah annahdliyah. Maka
amanah kita sebagaimana juga yang menjadi nama Masjid ini, masjid jami’ al
amanah adalah mengelorakan fikroh dan ghiroh ahlu sunnah wal jamaah
annahdliyah.
Berindonesia adalah kesediaan untuk berjalan bersama dalam sebuah jembatan
bhinneka tunggal ika. Wawasan kebangsaan adalah keluasan dan keluwesan menerima
perbedaan warna diantara kita karena Indonesia adalah takdir sejarah kita dan
masa depan kita.
Kompetensi adalah jalan raya untuk menuangkan semangat kebangsaan
berkarakter pejuang. Jangan seperti
katak dibawah tempurung, jago kandang bermental pecundang ditengah komunitas
tak terpandang.
Dirgahayu republik Indonesia, hubbul wathon minal iman.
Allahummaj‘al baldatanaa Indonesia, ma’murotan bithoatin bi wa’zhil ulamaa.
Ya Allah jadikanlah negara kami Indonesia, makmur dengan ketaatan berkat
mauidhoh para ulama.
***
(Disampaikan dalam Istighosah malam 17 Agustus 2018 Ba'da Isya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar